Saya sangat bersyukur sekali dibesarkan di sebuah keluarga yang sederhana tetapi keluarga yang didalamnya selalu diajarkan bagaimana makna kejujuran dan tanggung jawab sebagai dasar dalam mengarungi kehidupan ini. Ayah saya adalah sosok yang tetap menjadi teladan bagi saya dalam setiap mengambil keputusan dalam kehidupan saya semenjak saya masih kecil sampai saat inipun dalam kehidupan saya. Ayah saya yang hanya pegawai biasa dengan penghasilan yang biasa tapi memberikan teladan yang sangat luar biasa bagaimana seharusnya menjadi ayah dari anak-anaknya. Sebagai seorang yang hidup disebuah desa yang kecil yang kebanyakan orang berfikir sederhana yang penting hidup dan bisa makan, disinilah keistimewaan ayah saya dibandingkan orang yang bahkan lebih mampu dari kehidupan kami yaitu beliau berfikir warisan terbaik buat anak- anaknya adalah pendidikan yang tinggi dan layak untuk bekal dimasa mendatang dan bukan harta yang banyak seperti kebanyakan pemikiran orang-orang disekitar kami. Masih terasa kemarin beliau mengatakan kepada anak-anaknya " Kalian tidak akan saya bekali harta yang melimpah karena ayah tidak memiliki it
u tetapi ayah akan bekerja sekuat tenaga selama ayah mampu supaya kalian mendapatkan pendidikan yang layak untuk bekal kehidupan kalian nanti, harta seberapapun banyaknya akan habis dalam waktu sekejap jika kalian tidak bisa mengelolanya tapi ilmu , pendidikan akan kalian gunakan dan akan tetap ada sealama kalian hidup". Buat ayah saya hidupnya sudah tidak terlalu penting tapi buat beliau kehidupan anak-anaknya adalah yang utama , tidak terlalu penting apakah kehidupan beliau susah ataupun tidak yang penting anak-anaknya mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak di kemudian hari. Suatu pandangan dan sikap seorang ayah yang selalu saya teladani dan menjadi inspirasi ketika nanti saya berkeluarga dan memilik tanggaung jawab anak.
Sikap dan pandangan orang tua saya serta
pesan beliau itulah yang begitu kuat melekat pada diri saya , buat saya hidup
ini adalah sudah kesempatan yang kedua dan tidak akan ada kesempatan yang lain
lagi. Bagi saya apapun yang saya lakukan dan apapun yang ingin saya wujudkan
adalah hal- hal yang terbaik dan yang utama saya ingin selalu terus berusaha
menjadi yang terbaik. Dalam pendidikan sebagai bekal utama dalam kehidupan,
sayapun melakukan yang terbaik saya selalu masuk sekolah dan universitas
terbaik dan selalu menjadi juara pertama dalam bidang akademik, sederet
prestasi akademik saya capai seperti juara olimpiade matematika dan fisika
tingkat nasional saat duduk di bangku SMA dan meraih Nilai Ebtanas Murni
terbaik se kabupaten saat SMP. Kebiasaan yang ditanamkan ayah saya untuk selalu
menjadi yang terbaik dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT begitu mendarah daging sehingga kebiasaan
inipun mengalir dalam setiap langkah dan pekerjaan saya. Karena saya begitu
sadar bahwa kesempatan dan anugrah waktu yang sudah diberikan Yang Maha Kuasa
tidak pernah berulang kembali. Sebagai keluarga yang sederhana dengan
penghasilan yang standard saya begitu bangga bahwa ayah saya mampu
menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi walaupun kadang harus
berhutang sana sini untuk menutupi biaya pendidikan anak- anaknya. Hingga pada
suatu ketika saat ketiga kakak saya semua diperguruan tinggi dan biaya yang begitu
besar sedangkan penghasilan yang tidak mencukupi, ayah saya bicara kepada saya
dengan berat hati untuk berhenti dulu kuliah karena tidak mampu kalau harus
membiayai empat orang sekaligus, satu pukulan telak buat ayah saya dan saya
merasakan betapa bersesdihnya beliau saat itu padahal pada saat itu saya
barusan lulus UMPTN dan diterima di Fakultas Teknik Sipil Universitas Indonesia
, Universitas faforit yang belum tentu orang lain bisa memasukinya. Tapi
permintaan itupun saya sikapi dengan rasa bangga dan sayapun bukan orang yang
mudah menyerah dengan keadaan, sayapun berusaha dengan upaya sendiri untuk
terus kuliah dan akhirnya bisa lulus dari FTUI walaupun untuk melalui itu semua
dengan berbagai macam tantangan dan kesulitan yang harus saya hadapi.
Keadaan dimana saya diminta
ayah saya untuk berhenti kuliah adalah salah satu kejadian luar biasa dalam
hidup saya, dan itu menjadikan pelajaran buat saya kelak bahwa saya tidak boleh
berpenghasilan kecil dan seadanya supaya yang saya alami tidak terulang dalam
kehidupan anak- anak saya. Mereka tidak boleh mendapatkan gizi yang kurang
seperti yang saya alami dan mereka juga tidak boleh mendengar kata harus
menunda dulu pendidikan karena saya tidak mampu menyediakan biaya buat mereka
dalam hatikecil saya berjanji tidak boleh dan tidak akan terulang untuk
anak-anak saya. Ketika saya memutuskan untuk menikah saat itulah saya memulai
babak baru kehidupan saya dimana saya harus lebih dewasa dan lebih bertanggung
jawab dalam kehidupan saya dan keluarga yang saya tanggung. Jujur saja saya
berterima kasih yang tulus kepada istri saya yang menerima keadaan saya yang
pada saat itu punya tanggungan hutang sekitar 500 juta rupiah akibat kebodohan
saya dalam menjalankan bisnis perdagangan berjangka yaitu memberikan fix income
kepada nasabah yang nanti akan saya ceritakan pada bagian selanjutnya karena
saya memberikan fix income dan menikah
hanya dengan modal 7,5 juta rupiah hanya cukup buat beli cincin , Itulah
kenyataan yang harus kami alami , memulai kehidupan dengan kondisi minus.
Kehidupan baru sebagai kepala rumah
tangga dengan berbagai kesulitannya semua harus saya hadapi, saya begitu yakin Allah tidak akan
memberi kesulitan yang tidak mungkin untuk saya selesaikan. Persoalan yang
pertama kali saya selesaikan adalah bagaimana saya menyelesaikan tanggungan
yang sejumlah sekitar 500 juta, uang yang sama sekali tidak pernah saya pakai
tetapi harus saya kembalikan kepada yang punya akibat kebodohan yang saya
lakukan, saya lakukan negosiasi lagi dengan pemilik uang untuk bisa mencicil
sesuai kemampuan saya, dalam benak saya yang penting saya beritikad baik
mengembalikan pasti mereka mau menerimanya. Inilah masa paling sulit yang saya
alami dalam kehidupan saya dan itu harus saya jalani bukan untuk saya hindari.
Dalam hal negosiasi inipun tidak semua pemilik uang menerima dengan baik,
bahkan saya harus berurusan dengan polisi ketika saya dilaporkan oleh salah
satu pemilik uang karena tidak terima saya cicil, semua saya hadapi dengan
kayakinan bahwa persoalan ini pasti akan selesai. Disamping saya harus
menghadapi semua persoalan tersebut saya juga mempunyai keluarga yang harus
saya nafkahi sekaligus membangun impian-impian hidup dimasa depan. Ditengah
persoalan itu sayapun harus menghadapi tekanan harus segera pindah rumah dari
mertua karena saya tidak tega setiap hari harus mengganggu setiap kali saya
pulang larut dan mengganggu ketenangan beristirahat ayah mertua saya. Terus
terang saya sangat bersyukur saya bekerja disebuah perusahaan yang tidak
membatasi berapa penghasilan yang saya dapat. Didikan ayah saya bahwa saya
harus menjadi manusia yang bertanggung jawab menjadikan saya selalu kuat dan
terus berusaha dan berusaha menjalani kehidupan dengan ihklas dan tetap
berkeyakian persoalan pasti akan selesai, Allah pasti akan memperhatiakn
hambanya yang selalu berusaha dan tidak banyak mengeluh.
Satu demi satu persoalanpun terselesaikan
dan bahkan enam bulan kemudian saya bisa membeli rumah dengan dana cash 370
juta rupiah, walaupun semua tanggungan saya belum selesai akan tetapi dengan
memiliki rumah sendiri minimal saya mendapatkan ketenangan untuk memulai hidup
baru. Suatu penghasilan yang diluar nalar manusia saya dapatkan semua itu dalam
kurun waktu yang singkat, semua itu saya peroleh tidak dengan mudah tapi semua
itu saya lakukan dengan penuh perjuangan dan kerja keras serta kemurahan Allah
dalam memberikan rezeki kepada saya. Dari rumah inilah saya mulai menapaki dan
menata kehidupan baru, saya harus membangun keluarga yang tidak boleh
kekurangan dan harus mendapatkan pendidikan yang seharusnya. Satu kejadian yang
saya jadikan pelajaran dalam kehidupan saya adalah ketika tetangga saya
meninggal dunia dalam usia yang cukup muda, dia meninggalkan dua orang anak
yang masih kecil dan seorang istri yang tidak bekerja, saya sempat mendengar
percakapan dengan istri saya bahwa meskipun dia ditinggalkan oleh suaminya tapi
masih merasa bersyukur karen suaminya ikut asuransi dan mendapatkan klaim 1
(satu) Milyar rupiah satu jumlah peninggalan yang cukup besar, sehingga dia
tidak terlalu merisaukan kelanjutan pendidikan anak- anaknya. Dalam hati saya
bagaimana kalau itu semua terjadi pada diri saya dan sampai saat itupun saya
tidak memiliki pertanggungan sama sekali. Dari saat itulah saya begitu sadar
bahwa hidup kedepan dan sampai berapa umur saya hanya Allah SWT yang tau dan
saya harus memprotek keluarga saya jika kejadian seperti tetengga saya itu
terjadi terhadap saya dan pelajaran yang saya ambil ternyata hidup tidak hanya
sekedar cukup untuk makan, punya tempat tinggal dan sedikit hiburan.. Saya pun
ingin memprotek saya pribadi dan keluarga saya agar saya istri saya siap
menghadapi semua itu kalau suatu saat terjadi sama saya. Untuk pertanggungan
saya pribadi dan istri sayapun membutuhkan uang 200 juta rupiah dengan nilai
proteksi masing- masing satu Milyar dengan begitu kalau saya meninggal kelak
istri saya berhak mendapatkan pertanggungan sebesar 2 ( dua ) milyar. Sayapun
berusaha mendapatkan uang tersebut dari pekerjaan saya sebagai marketing di
industri perdagangan berjangka ini. Satu setengah tahun kemudian lahirlah anak
pertama saya dan lagi- lagi saya harus memikirkan biaya pendidikannya walaupun
anak saya mungkin masih 4 tahun kemudian. Dan ketika dia lahir sayapun sudah
protek biaya pendidikannya sampai dengan dia lulus kuliah dan setelah lulus
kuliahpun dia akan mendapatkan sejumlah uang ketika dia mau membuka usaha. Saya
berhasil memberikan proteksi kehidupan keluarga saya yang waktu itu saya
anggarkan sebesar 500 juta untuk kami berempat hanya dalam kurun waktu satu
tahun seperti apa yang saya rencanakan walaupun pada saat itu anak saya yang
kedua belum lahir dan uang itupun lagi lagi saya perolah di pekerjaan yang saya
tekuni sebagai marketing disebuah perusahaan di bidang perdagangan berjangka.
Kehidupan sayapun makin tenang dan kekhawatiranpun kalau-kalau suatu saat
terjadi hal- hal yang tidak di inginkan kami semua sudah siap.Seandainyapun
saya meninggal seperti yang dialami tetangga saya lebih dulu setidaknya istri
saya akan mendapatkan pertanggungan sebesar 6 ( enam) Milyar dan kalau misalkan
dia mau bisa buat modal untuk menikah lagi. Dalam kurun waktu dua tahun dimana
saya harus membayar hutang dan membeli rumah, saya juga bisa mendapatkan sebuah
mobil BMW dan sebuah mobil honda jazz buat istri saya, suatu pencapaian yang
susah dilogikakan, bukan semata- mata hasil usaha dan kerja keras saya pribadi,
tetapi hasil kerja keras tim serta kemurahan Allah SWT yang telah memberikan
segala sesuatu bagi hambanya yang mau berusaha.
Perjalanan dalam bisnis yang saya geluti
tidak hanya berhenti sampai disini. Pertengahan 2008 sayapun memulai langkah
baru sebagai kepala cabang dikota yang sama sekali tidak pernah terfikir untuk
tinggal disana. Manado kota di ujung timur laut pulau Sulawesi. Situasi kondisi
serta tempat baru bukan hal mudah untuk ditaklukkan apalagi didaerah yang
budaya, adat istiadat serta bahasa yang baru. Saya berangkat memulai perjuangan
yang baru dengan harapan yang jauh lebih besar dengan ke-15 orang yang sudah
saya anggap sebagai adik, teman serta saudara saya. Semua saya mulai dari nol
kembali tetapi dengan kesempatan dan peluang yang jauh lebih besar , dengan
satu niat yang kuat dalam hatipun saya berkata " inilah masa depan saya
berikutnya yang Allah berikan ". Kerasnya perjuangan ditempat yang baru
ini hingga saat ini hanya tersisa 8 orang saja dari lima belas orang awalnya.
Biaya hidup tinggi serta keadaan yang berat terutama pola berfikir SDM setempat
membuat saya dan teman- teman harus bekerja extra keras, untuk mencapai hasil
maksimal, hingga tiga tahun kemudian jumlah total SDM di kantor menjadi sekitar
400 orang suatu hasil yang patut disyukuri, hasil yang kita peroleh dari kultur
masyarakat dengan tingkat gengsi yang tinggi, alergi terhadap marketing dan
hanya mau bekerja dengan mendapatkan
penghasilan yang sudah pasti setiap bulannya, hasil yang tidak boleh difikir menggunakan
logika manusia saja.
Dalam masa perjuangan di Manado saya patok
beberapa macam hal yang ingin saya wujudkan. Impian saya saat itu saya ingin
memberikan hadiah kepada kedua orang tua saya serta mertua saya untuk beribadah
haji ketanah suci, saya ingin membawa keluarga saya untuk umrah dan naik haji
serta punya rumah lagi di Manado. Begitu besarnya keinginan saya untuk
membiayai ongkos naik haji orang tua saya menjadi cambuk tersendiri untuk
segera mewujudkannya, dalam benak saya umur manusia hanya Allah yang tau jangan
sampai saya tidak bisa membiayai mereka naik haji terlebih dulu mereka
dipanggil yang kuasa. Betapa merasa durhakanya saya kalau itu terjadi, walaupun
kita hanya boleh berencana Allah yang menentukannya. Mereka yang telah
menyebabkan saya ada didunia ,membesarkan saya dan memberi pelajaran makna
hidup didunia dengan berbagai macam dinamikanya, mereka yang telah mengenalkan
kebesaran Allah dan mengajarkan untuk selalu bersyukur dalam menjalani
kehidupan ini. Alhamdulillah dalam kurun waktu tiga tahun impian-impian itu
dapat terwujud, biaya naik haji kedua orang tua saya, biaya naik haji ibu
mertua saya, biaya naik haji saya dan istri saya, biaya umrah kami sekeluarga
serta rumah kami seharga 3,3 Milyar-pun sudah berdiri kokoh menjadi pelindung
keluarga saya sehari- hari, dan itu semua terwujud dalam waktu kurang dari 3
tahun, suatu hasil- lagi yang tidak bisa dilogikakan dengan akal manusia dan
semua itu tidak akan terwujud tanpa kerja keras saya , saudara- saudara saya
,teman teman saya semua satu kantor serta ijin dari Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar