Selasa, 26 Maret 2013

Mencapai Penghasilan Diluar Nalar Manusia



    Saya sangat bersyukur sekali dibesarkan di sebuah keluarga yang sederhana tetapi keluarga yang didalamnya selalu diajarkan bagaimana makna kejujuran dan tanggung jawab sebagai dasar dalam mengarungi kehidupan ini. Ayah saya adalah sosok yang tetap menjadi teladan bagi saya dalam setiap mengambil keputusan dalam kehidupan saya semenjak saya masih kecil sampai saat inipun dalam kehidupan saya. Ayah saya yang hanya pegawai biasa dengan penghasilan yang biasa tapi memberikan teladan yang sangat luar biasa bagaimana seharusnya menjadi ayah dari anak-anaknya. Sebagai seorang yang hidup disebuah desa yang kecil yang kebanyakan orang berfikir sederhana yang penting hidup dan bisa makan, disinilah keistimewaan ayah saya dibandingkan orang yang bahkan lebih mampu dari kehidupan kami yaitu beliau berfikir warisan terbaik buat anak- anaknya adalah pendidikan yang tinggi dan layak untuk bekal dimasa mendatang dan bukan harta yang banyak seperti kebanyakan pemikiran orang-orang disekitar kami. Masih terasa kemarin beliau mengatakan kepada anak-anaknya " Kalian tidak akan saya bekali harta yang melimpah karena ayah tidak memiliki it
u tetapi ayah akan bekerja sekuat tenaga selama ayah mampu supaya kalian mendapatkan pendidikan yang layak untuk bekal kehidupan kalian nanti, harta seberapapun banyaknya akan habis dalam waktu sekejap jika kalian tidak bisa mengelolanya tapi ilmu , pendidikan akan kalian gunakan dan akan tetap ada sealama kalian hidup". Buat ayah saya hidupnya sudah tidak terlalu penting tapi buat beliau kehidupan anak-anaknya adalah yang utama , tidak terlalu penting apakah kehidupan beliau susah ataupun tidak yang penting anak-anaknya mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak di kemudian hari. Suatu pandangan dan sikap seorang ayah yang selalu saya teladani dan menjadi inspirasi ketika nanti saya berkeluarga dan memilik tanggaung jawab anak.


 

       Sikap dan pandangan orang tua saya serta pesan beliau itulah yang begitu kuat melekat pada diri saya , buat saya hidup ini adalah sudah kesempatan yang kedua dan tidak akan ada kesempatan yang lain lagi. Bagi saya apapun yang saya lakukan dan apapun yang ingin saya wujudkan adalah hal- hal yang terbaik dan yang utama saya ingin selalu terus berusaha menjadi yang terbaik. Dalam pendidikan sebagai bekal utama dalam kehidupan, sayapun melakukan yang terbaik saya selalu masuk sekolah dan universitas terbaik dan selalu menjadi juara pertama dalam bidang akademik, sederet prestasi akademik saya capai seperti juara olimpiade matematika dan fisika tingkat nasional saat duduk di bangku SMA dan meraih Nilai Ebtanas Murni terbaik se kabupaten saat SMP. Kebiasaan yang ditanamkan ayah saya untuk selalu menjadi yang terbaik dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT  begitu mendarah daging sehingga kebiasaan inipun mengalir dalam setiap langkah dan pekerjaan saya. Karena saya begitu sadar bahwa kesempatan dan anugrah waktu yang sudah diberikan Yang Maha Kuasa tidak pernah berulang kembali. Sebagai keluarga yang sederhana dengan penghasilan yang standard saya begitu bangga bahwa ayah saya mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi walaupun kadang harus berhutang sana sini untuk menutupi biaya pendidikan anak- anaknya. Hingga pada suatu ketika saat  ketiga kakak saya  semua diperguruan tinggi dan biaya yang begitu besar sedangkan penghasilan yang tidak mencukupi, ayah saya bicara kepada saya dengan berat hati untuk berhenti dulu kuliah karena tidak mampu kalau harus membiayai empat orang sekaligus, satu pukulan telak buat ayah saya dan saya merasakan betapa bersesdihnya beliau saat itu padahal pada saat itu saya barusan lulus UMPTN dan diterima di Fakultas Teknik Sipil Universitas Indonesia , Universitas faforit yang belum tentu orang lain bisa memasukinya. Tapi permintaan itupun saya sikapi dengan rasa bangga dan sayapun bukan orang yang mudah menyerah dengan keadaan, sayapun berusaha dengan upaya sendiri untuk terus kuliah dan akhirnya bisa lulus dari FTUI walaupun untuk melalui itu semua dengan berbagai macam tantangan dan kesulitan yang harus saya hadapi.


        Keadaan dimana saya diminta ayah saya untuk berhenti kuliah adalah salah satu kejadian luar biasa dalam hidup saya, dan itu menjadikan pelajaran buat saya kelak bahwa saya tidak boleh berpenghasilan kecil dan seadanya supaya yang saya alami tidak terulang dalam kehidupan anak- anak saya. Mereka tidak boleh mendapatkan gizi yang kurang seperti yang saya alami dan mereka juga tidak boleh mendengar kata harus menunda dulu pendidikan karena saya tidak mampu menyediakan biaya buat mereka dalam hatikecil saya berjanji tidak boleh dan tidak akan terulang untuk anak-anak saya. Ketika saya memutuskan untuk menikah saat itulah saya memulai babak baru kehidupan saya dimana saya harus lebih dewasa dan lebih bertanggung jawab dalam kehidupan saya dan keluarga yang saya tanggung. Jujur saja saya berterima kasih yang tulus kepada istri saya yang menerima keadaan saya yang pada saat itu punya tanggungan hutang sekitar 500 juta rupiah akibat kebodohan saya dalam menjalankan bisnis perdagangan berjangka yaitu memberikan fix income kepada nasabah yang nanti akan saya ceritakan pada bagian selanjutnya karena saya memberikan fix income  dan menikah hanya dengan modal 7,5 juta rupiah hanya cukup buat beli cincin , Itulah kenyataan yang harus kami alami , memulai kehidupan dengan kondisi minus. 



       Kehidupan baru sebagai kepala rumah tangga dengan berbagai kesulitannya semua harus saya  hadapi, saya begitu yakin Allah tidak akan memberi kesulitan yang tidak mungkin untuk saya selesaikan. Persoalan yang pertama kali saya selesaikan adalah bagaimana saya menyelesaikan tanggungan yang sejumlah sekitar 500 juta, uang yang sama sekali tidak pernah saya pakai tetapi harus saya kembalikan kepada yang punya akibat kebodohan yang saya lakukan, saya lakukan negosiasi lagi dengan pemilik uang untuk bisa mencicil sesuai kemampuan saya, dalam benak saya yang penting saya beritikad baik mengembalikan pasti mereka mau menerimanya. Inilah masa paling sulit yang saya alami dalam kehidupan saya dan itu harus saya jalani bukan untuk saya hindari. Dalam hal negosiasi inipun tidak semua pemilik uang menerima dengan baik, bahkan saya harus berurusan dengan polisi ketika saya dilaporkan oleh salah satu pemilik uang karena tidak terima saya cicil, semua saya hadapi dengan kayakinan bahwa persoalan ini pasti akan selesai. Disamping saya harus menghadapi semua persoalan tersebut saya juga mempunyai keluarga yang harus saya nafkahi sekaligus membangun impian-impian hidup dimasa depan. Ditengah persoalan itu sayapun harus menghadapi tekanan harus segera pindah rumah dari mertua karena saya tidak tega setiap hari harus mengganggu setiap kali saya pulang larut dan mengganggu ketenangan beristirahat ayah mertua saya. Terus terang saya sangat bersyukur saya bekerja disebuah perusahaan yang tidak membatasi berapa penghasilan yang saya dapat. Didikan ayah saya bahwa saya harus menjadi manusia yang bertanggung jawab menjadikan saya selalu kuat dan terus berusaha dan berusaha menjalani kehidupan dengan ihklas dan tetap berkeyakian persoalan pasti akan selesai, Allah pasti akan memperhatiakn hambanya yang selalu berusaha dan tidak banyak mengeluh.


      Satu demi satu persoalanpun terselesaikan dan bahkan enam bulan kemudian saya bisa membeli rumah dengan dana cash 370 juta rupiah, walaupun semua tanggungan saya belum selesai akan tetapi dengan memiliki rumah sendiri minimal saya mendapatkan ketenangan untuk memulai hidup baru. Suatu penghasilan yang diluar nalar manusia saya dapatkan semua itu dalam kurun waktu yang singkat, semua itu saya peroleh tidak dengan mudah tapi semua itu saya lakukan dengan penuh perjuangan dan kerja keras serta kemurahan Allah dalam memberikan rezeki kepada saya. Dari rumah inilah saya mulai menapaki dan menata kehidupan baru, saya harus membangun keluarga yang tidak boleh kekurangan dan harus mendapatkan pendidikan yang seharusnya. Satu kejadian yang saya jadikan pelajaran dalam kehidupan saya adalah ketika tetangga saya meninggal dunia dalam usia yang cukup muda, dia meninggalkan dua orang anak yang masih kecil dan seorang istri yang tidak bekerja, saya sempat mendengar percakapan dengan istri saya bahwa meskipun dia ditinggalkan oleh suaminya tapi masih merasa bersyukur karen suaminya ikut asuransi dan mendapatkan klaim 1 (satu) Milyar rupiah satu jumlah peninggalan yang cukup besar, sehingga dia tidak terlalu merisaukan kelanjutan pendidikan anak- anaknya. Dalam hati saya bagaimana kalau itu semua terjadi pada diri saya dan sampai saat itupun saya tidak memiliki pertanggungan sama sekali. Dari saat itulah saya begitu sadar bahwa hidup kedepan dan sampai berapa umur saya hanya Allah SWT yang tau dan saya harus memprotek keluarga saya jika kejadian seperti tetengga saya itu terjadi terhadap saya dan pelajaran yang saya ambil ternyata hidup tidak hanya sekedar cukup untuk makan, punya tempat tinggal dan sedikit hiburan.. Saya pun ingin memprotek saya pribadi dan keluarga saya agar saya istri saya siap menghadapi semua itu kalau suatu saat terjadi sama saya. Untuk pertanggungan saya pribadi dan istri sayapun membutuhkan uang 200 juta rupiah dengan nilai proteksi masing- masing satu Milyar dengan begitu kalau saya meninggal kelak istri saya berhak mendapatkan pertanggungan sebesar 2 ( dua ) milyar. Sayapun berusaha mendapatkan uang tersebut dari pekerjaan saya sebagai marketing di industri perdagangan berjangka ini. Satu setengah tahun kemudian lahirlah anak pertama saya dan lagi- lagi saya harus memikirkan biaya pendidikannya walaupun anak saya mungkin masih 4 tahun kemudian. Dan ketika dia lahir sayapun sudah protek biaya pendidikannya sampai dengan dia lulus kuliah dan setelah lulus kuliahpun dia akan mendapatkan sejumlah uang ketika dia mau membuka usaha. Saya berhasil memberikan proteksi kehidupan keluarga saya yang waktu itu saya anggarkan sebesar 500 juta untuk kami berempat hanya dalam kurun waktu satu tahun seperti apa yang saya rencanakan walaupun pada saat itu anak saya yang kedua belum lahir dan uang itupun lagi lagi saya perolah di pekerjaan yang saya tekuni sebagai marketing disebuah perusahaan di bidang perdagangan berjangka. Kehidupan sayapun makin tenang dan kekhawatiranpun kalau-kalau suatu saat terjadi hal- hal yang tidak di inginkan kami semua sudah siap.Seandainyapun saya meninggal seperti yang dialami tetangga saya lebih dulu setidaknya istri saya akan mendapatkan pertanggungan sebesar 6 ( enam) Milyar dan kalau misalkan dia mau bisa buat modal untuk menikah lagi. Dalam kurun waktu dua tahun dimana saya harus membayar hutang dan membeli rumah, saya juga bisa mendapatkan sebuah mobil BMW dan sebuah mobil honda jazz buat istri saya, suatu pencapaian yang susah dilogikakan, bukan semata- mata hasil usaha dan kerja keras saya pribadi, tetapi hasil kerja keras tim serta kemurahan Allah SWT yang telah memberikan segala sesuatu bagi hambanya yang mau berusaha.


      Perjalanan dalam bisnis yang saya geluti tidak hanya berhenti sampai disini. Pertengahan 2008 sayapun memulai langkah baru sebagai kepala cabang dikota yang sama sekali tidak pernah terfikir untuk tinggal disana. Manado kota di ujung timur laut pulau Sulawesi. Situasi kondisi serta tempat baru bukan hal mudah untuk ditaklukkan apalagi didaerah yang budaya, adat istiadat serta bahasa yang baru. Saya berangkat memulai perjuangan yang baru dengan harapan yang jauh lebih besar dengan ke-15 orang yang sudah saya anggap sebagai adik, teman serta saudara saya. Semua saya mulai dari nol kembali tetapi dengan kesempatan dan peluang yang jauh lebih besar , dengan satu niat yang kuat dalam hatipun saya berkata " inilah masa depan saya berikutnya yang Allah berikan ". Kerasnya perjuangan ditempat yang baru ini hingga saat ini hanya tersisa 8 orang saja dari lima belas orang awalnya. Biaya hidup tinggi serta keadaan yang berat terutama pola berfikir SDM setempat membuat saya dan teman- teman harus bekerja extra keras, untuk mencapai hasil maksimal, hingga tiga tahun kemudian jumlah total SDM di kantor menjadi sekitar 400 orang suatu hasil yang patut disyukuri, hasil yang kita peroleh dari kultur masyarakat dengan tingkat gengsi yang tinggi, alergi terhadap marketing dan hanya mau bekerja dengan  mendapatkan penghasilan yang sudah pasti setiap bulannya, hasil yang tidak boleh difikir menggunakan logika manusia saja. 


     Dalam masa perjuangan di Manado saya patok beberapa macam hal yang ingin saya wujudkan. Impian saya saat itu saya ingin memberikan hadiah kepada kedua orang tua saya serta mertua saya untuk beribadah haji ketanah suci, saya ingin membawa keluarga saya untuk umrah dan naik haji serta punya rumah lagi di Manado. Begitu besarnya keinginan saya untuk membiayai ongkos naik haji orang tua saya menjadi cambuk tersendiri untuk segera mewujudkannya, dalam benak saya umur manusia hanya Allah yang tau jangan sampai saya tidak bisa membiayai mereka naik haji terlebih dulu mereka dipanggil yang kuasa. Betapa merasa durhakanya saya kalau itu terjadi, walaupun kita hanya boleh berencana Allah yang menentukannya. Mereka yang telah menyebabkan saya ada didunia ,membesarkan saya dan memberi pelajaran makna hidup didunia dengan berbagai macam dinamikanya, mereka yang telah mengenalkan kebesaran Allah dan mengajarkan untuk selalu bersyukur dalam menjalani kehidupan ini. Alhamdulillah dalam kurun waktu tiga tahun impian-impian itu dapat terwujud, biaya naik haji kedua orang tua saya, biaya naik haji ibu mertua saya, biaya naik haji saya dan istri saya, biaya umrah kami sekeluarga serta rumah kami seharga 3,3 Milyar-pun sudah berdiri kokoh menjadi pelindung keluarga saya sehari- hari, dan itu semua terwujud dalam waktu kurang dari 3 tahun, suatu hasil- lagi yang tidak bisa dilogikakan dengan akal manusia dan semua itu tidak akan terwujud tanpa kerja keras saya , saudara- saudara saya ,teman teman saya semua satu kantor serta ijin dari Allah SWT.

Tidak ada komentar: